Chinese Sturgeon ( Acipenser sinensis )
Chinese Sturgeon (Acipenser sinensis) merupakan anggota family acipenseridae dan salah satu spesies anodromous yang besar. Anodromous berarti ikan dewasa hidup di laut dan kembali ke sungai untuk bertelur. Mereka termasuk salah satu dari 27 spesies sturgeon yang masih ada di dunia. Chinese sturgeon telah ada di bumi sejak 140 juta tahun yang lalu dan merupakan salah satu vertebrata tertua yang telah hidup dari jaman antara chondrichthian dan ikan bertulang.
TAKSONOMI Kingdom Animalia Phylum Chordata Class Actinopterygii Order Acipenseriformes Family Acipenseridae Genus Acipenser Species Acipenser sinensis Karena masa hidupnya yang lama maka ikan ini sering disebut sebagai fossil hidup. Dulu ikan ini tersebar dibeberapa titik di asia timur seperti Korea, bagian barat Kyusu Jepang dan di sungai Yellow, Yangtze, Pear, Mingjiang dan Qingtang di China, namun sekarang mustahil menemukan ikan ini di tempat tersebut kecuali di perairan dalam sungai Yangtze di bawah Dam Gezhouba China. Chinese sturgeon dikategorikan sebagai hewan terancam level pertama di China menyamai status Beruang Panda.
Populasi ikan ini diperkirakan sekitar 10000 ekor pada tahun 1970an dan tinggal 203-257 ekor pada 2005-2007. Data ini menunjukkan penurunan populasi sekitar 97,5% selama 37 tahun. Status ikan ini juga tercantum di IUCN Red List Status dengan kategori “Critical Endangered”. Ikan yang dianggap oleh China sebagai harta karun nasional ini mulai dijaga kelestariannya. China sendiri telah membangun Chinese Sturgeon Museum yang terletak di pulau Xiaoxita di sungai Huangbo.
Museum ini merupakan institusi pemerintah untuk melindungi ikan ini dan juga sebagai tempat pembelajaran termasuk teknik breeding ikan. Mulai tahun 1983-2007 telah dilepas sekitar 9 juta anakan ikan ke sungai Yangtze untuk meningkatkan jumlah populasi.
Menurut para ahli, sturgeon merupakan spesies transisi antara ikan bertulang rawan dengan ikan bertulang sejati. Dugaan ini muncul karena ikan yang telah muncul pada jaman Cretaceous. Chinese sturgeon mempunyai ukuran tubuh yang cukup besar bahkan dianggap sebagai raja ikan air tawar dalam hal terbesar dan usia hidup terlama. Ikan dewasa dapat mencapai panjang 4 meter dengan berat 500 kg serta usia yang dapat melebihi 14 tahun. Ikan ini mempunyai ciri fisik yakni bentuk kepala yang mengerucut, tubuh yang berwarna perak-hitam, mulut yang terletak di bawah rahang dan mempunyai barbel. Ada beberapa kumpulan tulang yang menonjol menyerupai duri yang kemudian dikenal dengan Osteones baik di kepala bagian tengah dan berderet mulai dari perut sampai ujung hidungnya.
Tubuh ikan setidaknya ditutupi dengan lima garis osteones. Info tentang teknik pemeliharaan di tangki belumlah ditemukan, mengingat bahwa ikan ini berstatus terancam dan memiliki tren populasi yang menurun. Seperti halnya Salmon, Chinese Sturgeon merupakan ikan yang bermigrasi dalam kelompok dari lautan menuju sungai untuk bertelur atau dikenal dengan istilah Anodromous. Ikan dewasa akan mencapai hilir sungai Yangtze saat bulan juni-juli dan mereka tidak akan makan saat ada di sungai. Mereka baru akan mencapai bagian tengah sungai saat september-oktober. Total jarak yang mereka tempuh berkisar 2500-3300 km.
Setelah mencapai tempat tujuan dengan kondisi air beriak dengan dasaran bebatuan dan jurang-jurang curam, mereka akan mulai melepas telur. Pembuahan terjadi secara eksternal dan prosentase keberhasilan telur terbuahi hanyalah kurang dari satu persen. Ikan ini memiliki kapasitas reproduksi yang buruk, mereka hanya akan bertelur tiga atau empat kali selama hidupnya dan ikan betina membawa sekitar sejuta telur dalam sekali kehamilan. Telur berukuran cukup besar dan tenggelam lalu masuk ke dalam tanah sampai mereka menetas. Setelah menetas, mereka akan turun menuju ke hilir atau pesisir laut sampai mereka tumbuh cukup besar. Di lingkungan ini makanan utama anakan ikan adalah zoobenthos dan invertebrata perairan dasar lainnya. Chinese sturgeon muda bersifat karnivora dengan makanan utama adalah semua binatang air, namun saat dewasa mereka cenderung memangsa larva, serangga dan subtrat humat.
Chinese sturgeon diketahui menggunakan kemosensor pada ujung bibir atasnya untuk mendeteksi makanan. Pemeliharaan sebagai ikan piaraan masih tidak boleh dilakukan mengingat statusnya yang masih dikonservasi. Selain itu, perilaku ikan yang juga hidup di laut dan migrator ini juga akan menyusahkan saat pemeliharaan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan drastis populasi Chinese sturgeon, antara lain:
1. Adanya pembangunan proyek hidropower di hilir sungai Yangtze yaitu Dam Gezhouba, hal ini menyebabkan ikan kehilangan jalur migrasi untuk bereproduksi
2. Pencemaran yang terjadi di sungai Yangtze oleh bahan-bahan kimia berbahaya. Penelitian yang dilakukan Jianying Hu dkk, menyebutkan bahwa dalam hati chinese sturgeon ditemukan senyawa Triphenyltin (TPT) sekitar 31-128 ng/g. TPT merupakan senyawa pestisida yang dapat menyebabkan malformasi pada larva ikan.
3. Selain pembangunan Dam Gezhouba, pembangunan sekitar 106 jembatan dan pintu air di sungai Yangtze secara otomatis juga memotong jalur migrasi ikan.
4. Banyaknya kendaraan transportasi air dan penangkapan ikan yang berlebihan secara langsung mengurangi jumlah populasi. Kondisi Chinese sturgeon sedang terancam kepunahan sehingga dilarang untuk menangkap ataupun memelihara ikan demi menjaga jumlah populasinya di alam liar.
Read more: http://www.zonaikan.com/2012/04/chinese-sturgeon-acipenser-sinensis.html#ixzz2F38ndoDK
Chinese Sturgeon (Acipenser sinensis) merupakan anggota family acipenseridae dan salah satu spesies anodromous yang besar. Anodromous berarti ikan dewasa hidup di laut dan kembali ke sungai untuk bertelur. Mereka termasuk salah satu dari 27 spesies sturgeon yang masih ada di dunia. Chinese sturgeon telah ada di bumi sejak 140 juta tahun yang lalu dan merupakan salah satu vertebrata tertua yang telah hidup dari jaman antara chondrichthian dan ikan bertulang.
TAKSONOMI Kingdom Animalia Phylum Chordata Class Actinopterygii Order Acipenseriformes Family Acipenseridae Genus Acipenser Species Acipenser sinensis Karena masa hidupnya yang lama maka ikan ini sering disebut sebagai fossil hidup. Dulu ikan ini tersebar dibeberapa titik di asia timur seperti Korea, bagian barat Kyusu Jepang dan di sungai Yellow, Yangtze, Pear, Mingjiang dan Qingtang di China, namun sekarang mustahil menemukan ikan ini di tempat tersebut kecuali di perairan dalam sungai Yangtze di bawah Dam Gezhouba China. Chinese sturgeon dikategorikan sebagai hewan terancam level pertama di China menyamai status Beruang Panda.
Populasi ikan ini diperkirakan sekitar 10000 ekor pada tahun 1970an dan tinggal 203-257 ekor pada 2005-2007. Data ini menunjukkan penurunan populasi sekitar 97,5% selama 37 tahun. Status ikan ini juga tercantum di IUCN Red List Status dengan kategori “Critical Endangered”. Ikan yang dianggap oleh China sebagai harta karun nasional ini mulai dijaga kelestariannya. China sendiri telah membangun Chinese Sturgeon Museum yang terletak di pulau Xiaoxita di sungai Huangbo.
Museum ini merupakan institusi pemerintah untuk melindungi ikan ini dan juga sebagai tempat pembelajaran termasuk teknik breeding ikan. Mulai tahun 1983-2007 telah dilepas sekitar 9 juta anakan ikan ke sungai Yangtze untuk meningkatkan jumlah populasi.
Menurut para ahli, sturgeon merupakan spesies transisi antara ikan bertulang rawan dengan ikan bertulang sejati. Dugaan ini muncul karena ikan yang telah muncul pada jaman Cretaceous. Chinese sturgeon mempunyai ukuran tubuh yang cukup besar bahkan dianggap sebagai raja ikan air tawar dalam hal terbesar dan usia hidup terlama. Ikan dewasa dapat mencapai panjang 4 meter dengan berat 500 kg serta usia yang dapat melebihi 14 tahun. Ikan ini mempunyai ciri fisik yakni bentuk kepala yang mengerucut, tubuh yang berwarna perak-hitam, mulut yang terletak di bawah rahang dan mempunyai barbel. Ada beberapa kumpulan tulang yang menonjol menyerupai duri yang kemudian dikenal dengan Osteones baik di kepala bagian tengah dan berderet mulai dari perut sampai ujung hidungnya.
Tubuh ikan setidaknya ditutupi dengan lima garis osteones. Info tentang teknik pemeliharaan di tangki belumlah ditemukan, mengingat bahwa ikan ini berstatus terancam dan memiliki tren populasi yang menurun. Seperti halnya Salmon, Chinese Sturgeon merupakan ikan yang bermigrasi dalam kelompok dari lautan menuju sungai untuk bertelur atau dikenal dengan istilah Anodromous. Ikan dewasa akan mencapai hilir sungai Yangtze saat bulan juni-juli dan mereka tidak akan makan saat ada di sungai. Mereka baru akan mencapai bagian tengah sungai saat september-oktober. Total jarak yang mereka tempuh berkisar 2500-3300 km.
Setelah mencapai tempat tujuan dengan kondisi air beriak dengan dasaran bebatuan dan jurang-jurang curam, mereka akan mulai melepas telur. Pembuahan terjadi secara eksternal dan prosentase keberhasilan telur terbuahi hanyalah kurang dari satu persen. Ikan ini memiliki kapasitas reproduksi yang buruk, mereka hanya akan bertelur tiga atau empat kali selama hidupnya dan ikan betina membawa sekitar sejuta telur dalam sekali kehamilan. Telur berukuran cukup besar dan tenggelam lalu masuk ke dalam tanah sampai mereka menetas. Setelah menetas, mereka akan turun menuju ke hilir atau pesisir laut sampai mereka tumbuh cukup besar. Di lingkungan ini makanan utama anakan ikan adalah zoobenthos dan invertebrata perairan dasar lainnya. Chinese sturgeon muda bersifat karnivora dengan makanan utama adalah semua binatang air, namun saat dewasa mereka cenderung memangsa larva, serangga dan subtrat humat.
Chinese sturgeon diketahui menggunakan kemosensor pada ujung bibir atasnya untuk mendeteksi makanan. Pemeliharaan sebagai ikan piaraan masih tidak boleh dilakukan mengingat statusnya yang masih dikonservasi. Selain itu, perilaku ikan yang juga hidup di laut dan migrator ini juga akan menyusahkan saat pemeliharaan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan drastis populasi Chinese sturgeon, antara lain:
1. Adanya pembangunan proyek hidropower di hilir sungai Yangtze yaitu Dam Gezhouba, hal ini menyebabkan ikan kehilangan jalur migrasi untuk bereproduksi
2. Pencemaran yang terjadi di sungai Yangtze oleh bahan-bahan kimia berbahaya. Penelitian yang dilakukan Jianying Hu dkk, menyebutkan bahwa dalam hati chinese sturgeon ditemukan senyawa Triphenyltin (TPT) sekitar 31-128 ng/g. TPT merupakan senyawa pestisida yang dapat menyebabkan malformasi pada larva ikan.
3. Selain pembangunan Dam Gezhouba, pembangunan sekitar 106 jembatan dan pintu air di sungai Yangtze secara otomatis juga memotong jalur migrasi ikan.
4. Banyaknya kendaraan transportasi air dan penangkapan ikan yang berlebihan secara langsung mengurangi jumlah populasi. Kondisi Chinese sturgeon sedang terancam kepunahan sehingga dilarang untuk menangkap ataupun memelihara ikan demi menjaga jumlah populasinya di alam liar.
Read more: http://www.zonaikan.com/2012/04/chinese-sturgeon-acipenser-sinensis.html#ixzz2F38ndoDK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar