Translate

IFFC mengundang anda bergabung dan ikut serta dalam pengembangan dari site ini, dalam prosesnya banyak kemungkinan yang bisa terjadi. hal ini tak terlepas dari kunjungan, komentar dan saran dari anda semua yang sangat kami harapkan. dengan kerja keras diharapkan nantinya akan menjadi salah satu site terlengkap yang menghadirkan berbagai artikel, kiat-kiat, saran dan info terkini mengenai frehwater fish.

Saya mengapresiasi kunjungan anda dan sangat menghargai junker yang selalu meninggalkan jejak bukan seorang silent rider yang cuman jadi tukang intip. Hargailah hasil karya blogger dalam pengadaan thread dengan meninggalkan jejak walau hanya beberapa patah kata.

klik sharing --> mempromosikan site
klik fans page --> berlangganan kiriman via FB
klik
join this site --> terkait dengan IFFC

Sabtu, 30 April 2011

CHINESE STURGEON

Chinese Sturgeon ( Acipenser sinensis )
Chinese Sturgeon (Acipenser sinensis) merupakan anggota family acipenseridae dan salah satu spesies anodromous yang besar. Anodromous berarti ikan dewasa hidup di laut dan kembali ke sungai untuk bertelur. Mereka termasuk salah satu dari 27 spesies sturgeon yang masih ada di dunia. Chinese sturgeon telah ada di bumi sejak 140 juta tahun yang lalu dan merupakan salah satu vertebrata tertua yang telah hidup dari jaman antara chondrichthian dan ikan bertulang.  

TAKSONOMI Kingdom Animalia Phylum Chordata Class Actinopterygii Order Acipenseriformes Family Acipenseridae Genus Acipenser Species Acipenser sinensis Karena masa hidupnya yang lama maka ikan ini sering disebut sebagai fossil hidup. Dulu ikan ini tersebar dibeberapa titik di asia timur seperti Korea, bagian barat Kyusu Jepang dan di sungai Yellow, Yangtze, Pear, Mingjiang dan Qingtang di China, namun sekarang mustahil menemukan ikan ini di tempat tersebut kecuali di perairan dalam sungai Yangtze di bawah Dam Gezhouba China. Chinese sturgeon dikategorikan sebagai hewan terancam level pertama di China menyamai status Beruang Panda.

Populasi ikan ini diperkirakan sekitar 10000 ekor pada tahun 1970an dan tinggal 203-257 ekor pada 2005-2007. Data ini menunjukkan penurunan populasi sekitar 97,5% selama 37 tahun. Status ikan ini juga tercantum di IUCN Red List Status dengan kategori “Critical Endangered”. Ikan yang dianggap oleh China sebagai harta karun nasional ini mulai dijaga kelestariannya. China sendiri telah membangun Chinese Sturgeon Museum yang terletak di pulau Xiaoxita di sungai Huangbo.

Museum ini merupakan institusi pemerintah untuk melindungi ikan ini dan juga sebagai tempat pembelajaran termasuk teknik breeding ikan. Mulai tahun 1983-2007 telah dilepas sekitar 9 juta anakan ikan ke sungai Yangtze untuk meningkatkan jumlah populasi.
Menurut para ahli, sturgeon merupakan spesies transisi antara ikan bertulang rawan dengan ikan bertulang sejati. Dugaan ini muncul karena ikan yang telah muncul pada jaman Cretaceous. Chinese sturgeon mempunyai ukuran tubuh yang cukup besar bahkan dianggap sebagai raja ikan air tawar dalam hal terbesar dan usia hidup terlama. Ikan dewasa dapat mencapai panjang 4 meter dengan berat 500 kg serta usia yang dapat melebihi 14 tahun. Ikan ini mempunyai ciri fisik yakni bentuk kepala yang mengerucut, tubuh yang berwarna perak-hitam, mulut yang terletak di bawah rahang dan mempunyai barbel. Ada beberapa kumpulan tulang yang menonjol menyerupai duri yang kemudian dikenal dengan Osteones baik di kepala bagian tengah dan berderet mulai dari perut sampai ujung hidungnya.

Tubuh ikan setidaknya ditutupi dengan lima garis osteones. Info tentang teknik pemeliharaan di tangki belumlah ditemukan, mengingat bahwa ikan ini berstatus terancam dan memiliki tren populasi yang menurun. Seperti halnya Salmon, Chinese Sturgeon merupakan ikan yang bermigrasi dalam kelompok dari lautan menuju sungai untuk bertelur atau dikenal dengan istilah Anodromous. Ikan dewasa akan mencapai hilir sungai Yangtze saat bulan juni-juli dan mereka tidak akan makan saat ada di sungai. Mereka baru akan mencapai bagian tengah sungai saat september-oktober. Total jarak yang mereka tempuh berkisar 2500-3300 km.

Setelah mencapai tempat tujuan dengan kondisi air beriak dengan dasaran bebatuan dan jurang-jurang curam, mereka akan mulai melepas telur. Pembuahan terjadi secara eksternal dan prosentase keberhasilan telur terbuahi hanyalah kurang dari satu persen. Ikan ini memiliki kapasitas reproduksi yang buruk, mereka hanya akan bertelur tiga atau empat kali selama hidupnya dan ikan betina membawa sekitar sejuta telur dalam sekali kehamilan. Telur berukuran cukup besar dan tenggelam lalu masuk ke dalam tanah sampai mereka menetas. Setelah menetas, mereka akan turun menuju ke hilir atau pesisir laut sampai mereka tumbuh cukup besar. Di lingkungan ini makanan utama anakan ikan adalah zoobenthos dan invertebrata perairan dasar lainnya. Chinese sturgeon muda bersifat karnivora dengan makanan utama adalah semua binatang air, namun saat dewasa mereka cenderung memangsa larva, serangga dan subtrat humat.

Chinese sturgeon diketahui menggunakan kemosensor pada ujung bibir atasnya untuk mendeteksi makanan. Pemeliharaan sebagai ikan piaraan masih tidak boleh dilakukan mengingat statusnya yang masih dikonservasi. Selain itu, perilaku ikan yang juga hidup di laut dan migrator ini juga akan menyusahkan saat pemeliharaan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan drastis populasi Chinese sturgeon, antara lain:

1. Adanya pembangunan proyek hidropower di hilir sungai Yangtze yaitu Dam Gezhouba, hal ini menyebabkan ikan kehilangan jalur migrasi untuk bereproduksi

2. Pencemaran yang terjadi di sungai Yangtze oleh bahan-bahan kimia berbahaya. Penelitian yang dilakukan Jianying Hu dkk, menyebutkan bahwa dalam hati chinese sturgeon ditemukan senyawa Triphenyltin (TPT) sekitar 31-128 ng/g. TPT merupakan senyawa pestisida yang dapat menyebabkan malformasi pada larva ikan.

3. Selain pembangunan Dam Gezhouba, pembangunan sekitar 106 jembatan dan pintu air di sungai Yangtze secara otomatis juga memotong jalur migrasi ikan.

 4. Banyaknya kendaraan transportasi air dan penangkapan ikan yang berlebihan secara langsung mengurangi jumlah populasi. Kondisi Chinese sturgeon sedang terancam kepunahan sehingga dilarang untuk menangkap ataupun memelihara ikan demi menjaga jumlah populasinya di alam liar.

Read more: http://www.zonaikan.com/2012/04/chinese-sturgeon-acipenser-sinensis.html#ixzz2F38ndoDK

Senin, 18 April 2011

PETER ELEPHANTNOSE

IKAN TERPINTAR  
Peter’elephantnose Fish
Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Class Actinopterygii
Order Osteoglossiformes
Family Mormyridae
genus Gnathonemus
Species Gnathonemus

petersii Peters’elephantnosefish (Gnathonemus petersii /Mormyrus petersii) adalah ikan asli dari Afrika tengah dan barat terutama sungai Niger, Kongo, Ogun dan Chari. Dia berwarna coklat gelap hingga kehitaman, ukuran tubuh sekitar 23-25 cm, dan mempunyai sirip punggung dan anal yang sama panjang. Selain itu, keistemewaan ikan ini adalah organ menyerupai belalai (Gajah) yang terletak di kepalanya. Ikan ini hidup pada air dengan kondisi pH 6 – 7,5 dan suhu 22 – 280C.

Peters’elephantnosefish merupakan ikan nocturnal (malam), selain itu ikan ini memiliki mulut yang memanjang dan sangat sensitif. Selain itu, Peters’elephantnosefish mempunyai rasio ukuran otak : tubuh yang lebih besar dibanding manusia. Sekitar 70% kemampuan otak digunakan untuk menghasilkan signal listrik, oleh karena penggunaan kemampuan otak yang sangat besar, ikan ini dikatakan sebagai ikan tercerdas di dunia. Menurut Masashi Kawasaki, sejumlah kecil listrik dihasilkan oleh organ khusus di ekornya. Signal listrik yang dihasilkan selalu berubah sesuai dengan kondisi ikan atau lingkungan.

Sinyal listrik dihasilkan untuk mendeteksi makanan dan beberapa makanan yang disukainya adalah cacing darah dan invertebrata air seperti larva nyamuk. Ikan jantan memiliki belalai yang lebih panjang dibanding betina, sedangkan teknik breedingnya masih belum bisa dilakukan di aquarium. Peters’elephantnoses memiliki penglihatan yang buruk sehingga sinyal listrik berpengaruh besar dalam hal ini. Sinyal listrik yang dihasilkan sangat kecil sehingga tidak akan menyakiti ikan lain dalam kominitasnya.

TAKSONOMI Di USA dan Jerman, Elephantnoses fish digunakan untuk mendekteksi kualitas air minum, jika signal listrik meningkat menandakan kualitas air menurun. saat kualitas air memburuk, maka Elephantnose lebih banyak mengeluarkan sinyal listrik untuk mendeteksi makanan atau kelompoknya. Sinyal listrik juga dapat dihubungkan pada amplifier sehingga sonar yang dihasilkan ikan saat birahi akan dapat di ubah menjadi suara.

Jumat, 15 April 2011

ZEBRA SHOVELNOSE

Zebra shovelnose ( Pimelodis catfish )
Zebra shovelnose (Brachyplatystoma tigrinum) yang juga dikenal dengan Pimelodis catfish ini merupakan ikan golongan catfish yang berasal dari bantaran sungai Amazon di Columbia, Peru dan brazil. Ikan catfish ini mempunyai warna tubuh kuning keputihan dengan stripe hitam yang sangat menarik dengan bentuk rahang atas yang lebih panjang dibanding rahang bawah. Tulang pada sirip punggung dan dada bersifat fleksibel dan tidak tajam. Zebra shovelnose mempunyai mata berukuran kecil dan kumis yang panjangnya dapat mencapai punggung. Semua sirip dan ekor bermotif stripe hitam putih, sedangkan kepala mulai hidung sampai punggung bagian depan berwana abu – abu polos tanpa stripe. Ikan ini hidup pada lingkungan yang mempunyai suhu 22 – 260C dan pH 6,5 – 7,5. TAKSONOMI Kingdom Animalia Phylum Chordata Class Actinopterygii Order Siluriformes Family Pimelodidae Genus Brachyplatystoma Species Brachyplatystoma tigrinum
Zebra shovelnose merupakan ikan yang sensitif terutama dengan kandingan Nitrat yang tinggi, Jika kandungan Nitrat sudah di atas batas toleransi maka segera hentikan pemberian makanan dan ganti air tangki. Ikan ini membutuhkan kadar oksigen terlarut yang tinggi, sehingga gunakan filter yang besar pada tangki agar kadar oksigen terjaga. Zebra shovelnose cenderung karnivora yang dapat beradaptasi dengan makanan tak hidup, selain itu ikan ini terbiasa juga dengan makanan seperti udang, remis, tiram, ikan kecil dan cacing tanah. Perbedaan ikan jantan dan betina sulit ditentukan begitu juga dengan teknik breeding yang belum diketahui. Zebra shovelnose bersifat nocturnal dan teritorial terhadap jenisnya sendiri ataupun jenis catfish besar lainnya. Pada habitat aslinya, ikan ini menghuni sungai dengan arus yang cukup cepat, sedangkan di aquarium menyukai lingkungan bersubstrat pasir, licin dan berair bersih. Sebagai ikan hias, ikan ini termasik golangan catfish yang termahal dan diburu banyak penghobi ikan hias air tawar. Read more: http://www.zonaikan.com/2011/12/zebra-shovelnose-pimelodis-catfish.html#ixzz2F3E9aDq3

Sabtu, 09 April 2011

PIETER BLEEKER (1819-1878): BAPAK IKAN NUSANTARA

Sosok Pieter Bleeker mungkin kurang dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun, tokoh ini memiliki konstribusi besar dalam menyingkap misteri keragaman hayati nusantara. Pieter Bleeker atau Pieter von Bleeker, dikenal sebagai ilmuwan besar di bidang Zoologi khususnya sistematik ikan (Ichthyologi) pada abad ke-19. 

Salah satu karya monumental Bleeker yang masih digunakan hingga saat ini adalah beberapa volume buku yang berjudul Atlas Ichthyologique des Indes Orientales Neerlandaises, berisi deskripsi ikan laut yang sebagian besar berasal dari Indonesia. Hingga saat ini, Bleeker tercatat sebagai ilmuwan yang paling banyak mendeskripsikan spesies ikan laut di wilayah Indo-Pasifik. Atas konstribusinya tersebut, bolehlah kita menyebut Bleeker sebagai: Bapak Ikan Nusantara. Gambar 1. Pieter Bleeker (1819-1878) Sumber: Wikimedia.com
Masa Remaja (1819-1842) 
Pieter Bleeker lahir dari keluarga kelas menengah di Zandaam, satu kota kecil sedikit di utara Amsterdam, Belanda, pada tanggal 10 Juli 1819. Masa kecil dihabiskan dengan bersekolah hingga usia 12 tahun. Selepas itu, keluarga tidak sanggup lagi membiayai sekolah hingga salah seorang sahabat keluarga yang berprofesi sebagai ahli farmasi (pharmacist) turun tangan membantu pendidikan Bleeker. Beberapa tahun kemudian, Bleeker mendapatkan ijazah pertamanya sebagai seorang pharmacist dan melanjutkan studinya hingga mendapatkan sertifikasi juru bedah. 

Bleeker terus bersekolah hingga pada usia 22 tahun dinyatakan lulus sebagai dokter umum. Semangat belajar Bleeker tidak pernah berhenti dan ia memutuskan untuk terus bersekolah. Pada tahap ini, Bleeker mulai tertarik pada bidang fisiologi dan zoologi serta banyak membaca referensi tentang kedua bidang tersebut di perpustakaan Haarlem.Bleeker semakin tertarik pada sejarah alam dan memutuskan untuk melamar pekerjaan di Museum Sejarah alam Leiden (Rijksmuseum). Namun pihak museum menyatakan belum ada lowongan pekerjaan yang terbuka pada saat itu, sehingga Bleeker memutuskan untuk melanjutkan studi kedokterannya di Paris selama 6 bulan. Setelah kembali ke Belanda, Bleeker sekali lagi mencoba melamar pekerjaan di Rijksmuseum, namun hasilnya tetap nihil karena memang belum ada lowongan yang terbuka pada saat itu. Akhirnya, Bleeker berketetapan hati untuk melamar pekerjaan sebagai dokter militer di Hindia Belanda (Indonesia).  

Menetap di Batavia (1842-1860) 
Bleeker tiba di Batavia (Jakarta) pada tahun 1842, dan mulai bekerja sebagai juru bedah kelas tiga. Bleeker digambarkan sebagai seseorang yang cerdas, tidak bisa tinggal diam dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Beberapa tahun hidup di Batavia, Bleeker mengusulkan diri membuat jurnal ilmiah di bidang kedokteran dan sejarah alam untuk merangsang publikasi dan kegiatan riset ilmiah di Hindia Belanda yang masih kurang pada saat itu. Untuk memenuhi rasa keingintahuannya, Bleeker sering kali berjalan-jalan di berbagai tempat di Batavia. Salah satu tempat yang dikunjunginya adalah pasar ikan. Bleeker kemudian mencoba mengidentifikasi beberapa jenis ikan yang diperoleh dari pasar ikan tersebut. Dengan cepat, Bleeker menyadari bahwa beberapa jenis ikan tersebut termasuk spesies baru yang belum dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan pada saat itu. 

Bleeker kemudian memutuskan untuk fokus pada identifikasi ikan karena peluang untuk menemukan jenis-jenis ikan yang baru masih sangat besar. Selain itu, mengumpulkan sampel dari pasar ikan tergolong murah, tidak memakan biaya dan waktu yang banyak. Bleeker menghabiskan sebagian besar waktunya di Batavia. Dalam beberapa tahun posisinya meningkat menjadi ajudan dari kepala departemen kesehatan Hindia Belanda. Selain itu, ia juga menjadi anggota perpustakaan masyarakat Batavia (Batavian Society) dan menjadi editor jurnal ilmiah yang baru dibentuknya. Posisinya yang semakin kuat secara politik dan ketertarikannya pada dunia ilmu pengetahuan sering kali menimbulkan konflik dengan para petinggi Hindia Belanda. Suatu ketika, data statistik populasi yang dikemukakan oleh Bleeker (salah satu hasil risetnya selain ikan) tidak dipercaya oleh pejabat petinggi gubernur. 

Bahkan kritik terbukanya terhadap pengeluaran biaya pos yang tinggi membuat berang pihak pemerintah Hindia Belanda sehingga ia tidak diperkenankan lagi untuk tinggal di Batavia selama 2 tahun (1847-1849). Bleeker kemudian bekerja sebagai juru bedah di beberapa tempat di pulau Jawa (luar Batavia). Penelitiannya tentang ikan pun mengalami masa-masa sulit. Sekembalinya ke Batavia (1849), Bleeker membangun kembali perkumpulan masyarakat ilmiah yang terbengkalai saat ditinggalkan. Ia pun semakin intensif melakukan studi tentang ikan. Bleeker yang memiliki jaringan pergaulan sangat luas di Hindia Belanda meminta dengan kerendahan hati agar para koleganya bersedia mengirimkan sampel ikan untuknya. Spesimen ikan untuk Bleeker pun kemudian mengalir deras ke Batavia dari seluruh penjuru Nusantara. Selama 18 tahun di Hindia Belanda (Indonesia), Bleeker hanya tercatat satu kali keluar pulau Jawa, yaitu saat menemani rombongan gubernur Hindia Belanda melakukan ekspedisi ke Celebes (Sulawesi) dan Maluku pada tahun 1855. Pada tahun tersebut, Bleeker mengumpulkan sampel ikan dalam jumlah yang besar.  

Kembali ke Belanda (1860-1878) Tahun 1860, Bleeker mengajukan pensiun dini dan kembali ke negeri Belanda untuk menyusun dan mempublikasikan bukunya yang diberi judul Atlas Ichthyologique. Bleeker juga menghabiskan waktu di museum-museum Belanda untuk mempelajari sampel ikan yang berasal dari daerah lain di luar Hindia Belanda sebagai perbandingan. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan perkumpulan masyarakat ilmiah Belanda serta berkunjung dan berkorespondensi ke sejumlah ilmuwan tenar Eropa di bidang taksonomi ikan (Ichthyologi). Selama di Batavia, Bleeker mengumpulkan sampel ikan dan mengirimkannya ke seluruh museum di Eropa. Ia juga menjual koleksi khusus (termasuk type specimen dan duplikatnya) ke British museum. Namun sebagian besar koleksi sampel masih tetap menjadi milik pribadi Bleeker hingga akhir hayatnya. Bleeker meninggal dunia di Hague, pada tanggal 24 Januari 1878 dalam usia 58 tahun. Setelah meninggal, seluruh koleksi sampel ikan Bleeker (sekitar 18.000 spesimen… !!!) dibeli oleh Rijksmuseum Leiden.  

Konstribusi Ilmiah Pieter Bleeker diakui dunia internasional sebagai salah satu ilmuwan yang berkonstribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang taksonomi ikan (Ichthyologi). Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penghargaan yang diperolehnya semasa hidup. Selama hidupnya, Bleeker menemukan dan mendeskripsikan tidak kurang dari 1.925 spesies ikan baru yang sebagian besar berasal dari Indonesia. Jumlah temuan Bleeker ini jauh lebih banyak dari ilmuwan ikan manapun. Jumlah spesies ikan yang dinyatakan valid (diterima) oleh sistematika modern saat ini juga sangat besar, yaitu: 743 spesies, hanya kalah oleh Albert Gunther (847 spesies) yang juga seorang ilmuwan terkenal dibidang taksonomi ikan. Pada tingkat genera, Bleeker berhasil menemukan dan mendeskripsikan sekitar 520 marga ikan baru (298 diantaranya dinyatakan valid/diterima oleh taksonomi modern). Jumlah genera yang valid dari Bleeker ini juga lebih banyak dari ilmuwan ikan manapun. Pencapaian lainnya yang juga luar biasa dari Bleeker adalah publikasi ilmiahnya. Semasa hidup, Bleeker telah mempublikasikan tidak kurang dari 518 artikel ilmiah (jurnal, laporan dan lain-lain) dalam bahasa Perancis, Belanda, Latin dan Inggris. 

Bleeker juga membentuk/menerbitkan 2 jurnal ilmiah dan menjadi editor dari 22 volume diantaranya. Selain artikel tentang ikan, Bleeker juga mempublikasikan tulisannya yang terkait dengan vertebrata terrestrial, invertebrate darat dan laut, botani, kedokteran, geologi, antropologi, pemerintahan, agama, sejarah, pertanian, statistik dan beberapa artikel lainnya. Dengan demikian, Bleeker juga tergolong ilmuwan prolific (ilmuwan yang menguasai beberapa bidang ilmu). Akibat kematiannya pada tahun 1878, Bleeker tidak sempat menyelesaikan keseluruhan volume Atlas Ichthyologique. Dari 14 jilid (volume) yang direncanakan, Bleeker hanya sempat menyelesaikan bukunya hingga volume 8 dan sebagian volume 9. 

Sebagian volume lainnya yang direncanakan telah hilang, namun dapat ditelusuri dan dibuat lengkap kembali. Keseluruhan gambar dan deskripsi buku Bleeker kemudian diterbitkan ulang oleh Smithsonian Institution antara tahun 1977 hingga 1983 dalam 10 volume. Berawal dari juru bedah kelas tiga yang tingkatannya rendah, dalam kurun waktu 20 tahun, Bleeker menjelma menjadi sosok yang dihormati dan menduduki kasta tertinggi dalam struktur kehidupan sosial masyarakat ilmiah Eropa. Kerja keras, kegigihan, sifat rendah hati dan jiwa sosial Bleeker telah menjadikannya sebagai salah satu ilmuwan terbesar sepanjang masa. 

Spesies moray terbesar ini pertama kali “ditemukan”, dideskripsikan dan diberi nama ilmiah oleh Bleeker pada tahun 1859. Predator ini hidup di lubang-lubang besar dalam terumbu karang daerah tropis. Panjang maksimum 3 meter dan berpotensi menyerang penyelam jika merasa terganggu.

Rabu, 06 April 2011

AXOLOTL

Axolotl ( Ambystoma mexicanum )
Axolotl (Ambystoma mexicanum) adalah tipe salamander yang bisa menghabiskan masa hidupnya dalam bentuk larva. Binatang eksotis nan unik ini kadang disebut juga sebagai “Mexican Walking Fish” sebab ia terlihat seperti ikan yang memiliki tangan dan kaki. Akan tetapi, sebenarnya Axolotl bukanlah sejenis ikan, melainkan sejenis salamander langka yang terdapat di Mexico City. Panjang Axolotl bisa mencapai 30 cm, tetapi rata-rata ukurannya hanya 15 cm. Warna tubuh mereka rata-rata hitam atau coklat kepirangan dan banyak juga yang albino dengan warna yang lucu misalnya merah muda. Hewan ini memiliki insang yang berada diluar tubuhnya. Insang ini tampak berada disamping kepalanya sehingga sepintas tampak seperti tanduk. Orang-orang Timur sering menimbulkan fantasi yang dikaitkan pada suatu legenda mengenai ular naga sehingga tidak jarang mereka disebut juga sebagai ikan naga. Axolotl termasuk kadal yang memiliki umur panjang, Axolotl dapat hidup hingga 10 - 15 tahun dan dapat berkembang sampai 60cm, bahkan pernah tertangkap 1 ekor Axolotl raksasa di pedalaman mexico yang berukuran hingga 1,4 meter, penemuan itu benar-benar mengejutkan, tetapi setelah di teliti oleh pihak ahli itu hanyalah keadaan Abnormal yang jarang terjadi (gigantisme)
Axolotl selalu hidup dalam air dan suka memakan ikan kecil, cacing, dan larva. Hewan ini terkadang muncul di permukaan air, tetapi ada juga yang menjelang dewasa dan bertambah besar tidak pernah timbul di permukaan air dan hanya tinggal di dasar danau selama hidupnya. Salamander jenis ini adalah salamander yang digolongkan di dalam Salamander jenis berbahaya, karena dapat menyemburkan racun asin dari mulutnya, namun jika kelenjarnya di buang dengan benar maka hewan ini dapat di jadikan peliharaan yang lucu. Nama Axolotl di ambil dari bahasa Aztec yang berarti anjing air. Axolotl masih bersepupu dekat dengan tiger salamander. Uniknya, hewan ini bermetamorfosis hanya bila dalam keadaan terpaksa, terpaksa dalam hal ini adalah jika tempat mereka hidup sumber airnya mengering, maka Axolotl dapat bermetarmorfosis ke bentuk darat dan jika sudah ada air kembali maka Axolotl dapat kembali ke wujud air. Bentuk darat dari axolotl mirip dengan bentuk larvanya, dengan perbedaan insang yang menghilang, ekor yang lebih kompres dan mata yang nampak menonjol. Kehadiran hormon tertenu diketahui dapat memicu axolotl bermetamrofosis kedalam bentuk reptil darat. Selain itu penambahan sejumlah kecil iodine kedalam air juga bisa memicu hal yang sama.
Scientific classification Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Amphibia Order : Caudata Family : Ambystomatidae Genus : Ambystoma Species : A. mexicanum Binomial name Ambystoma mexicanum (Shaw, 1789) Dia dapat menumbuhkan kembali anggota tubuh, taring, kulit, organ, dan bagian dari otak dan tulang belakangnya yang terluka. Beberapa binatang lain mempunyai kemampuan untuk beregenerasi, tetapi hanya salamander meksiko yang dapat menumbuhkan kembali begitu banyak bagian tubuh yang berbeda di sepanjang hidup mereka.
Axolotl dapat ditemukan di Danau Xochimilco and Danau Chalco di Meksiko. Belakangan, populasi mereka terancam akibat pembangunan yg dilakukan pada danau itu untuk mencegah banjir musiman, sehingga jumlah air di danau menyusut & habitatnya terganggu. Masuknya ikan2 dari daerah lain yg diperkenalkan manusia jg menyebabkan populasinya menyusut. Jumlah axolotl di alam tidak diketahui. Namun jumlah populasi diperkirakan menurun dari sekitar 1.500 per mil persegi pada 1998 menjadi hanya 25 per mil persegi tahun ini, berdasarkan penelitian ilmuwan Zambrano menggunakan perangkat jala. Usaha panjang International Union for Conservation of Nature memasukkan axolotl dalam Red List tahunannya sebagai yang terancam punah. Mereka mengatakan binatang ini bisa hilang dalam lima tahun.

Facebook Fans Page

Exit Jangan Lupa Like Ya