Translate

IFFC mengundang anda bergabung dan ikut serta dalam pengembangan dari site ini, dalam prosesnya banyak kemungkinan yang bisa terjadi. hal ini tak terlepas dari kunjungan, komentar dan saran dari anda semua yang sangat kami harapkan. dengan kerja keras diharapkan nantinya akan menjadi salah satu site terlengkap yang menghadirkan berbagai artikel, kiat-kiat, saran dan info terkini mengenai frehwater fish.

Saya mengapresiasi kunjungan anda dan sangat menghargai junker yang selalu meninggalkan jejak bukan seorang silent rider yang cuman jadi tukang intip. Hargailah hasil karya blogger dalam pengadaan thread dengan meninggalkan jejak walau hanya beberapa patah kata.

klik sharing --> mempromosikan site
klik fans page --> berlangganan kiriman via FB
klik
join this site --> terkait dengan IFFC

Sabtu, 20 Oktober 2012

NEON TETRA



Neon Tetra (Paracheirodon innesi) merupakan jenis ikan hias air tawar yang termasuk keluarga characin (famili Characidae, ordo Characi formes). Jenis tetra dari genus Paracheirodon merupakan ikan-ikan asli perairan Amerika Selatan. Warnanya yang cerah membuat jenis ikan ini dapat terlihat pada perairan sungai pedalaman yang gelap dan hal ini merupakan salah satu sebab populernya jenis ikan ini sebagai ikan hias. Neon tetra memiliki warna yang cerah, terdapat garis horizontal berwama biru-hijau sepanjang kedua sisi ikan mulai dari hidung hingga bagian depan ekor dan warna kemerah-merahan sepanjang setengah bagian posterior bawah tubuh.

Pada malam hari warna tubuhnya akan menghilang selama ikan beristirahat dan akan muncul kembali ketika ikan aktif pada pagi harinya. Neon tetra dapat tumbuh hingga 4 cm. Ikan betina memiliki perut yang sedikit agak besar dibanding ikan jantan. Ikan neon tetra merupakan salah satu jenis ikan akuarium yang sangat dikenal dan telah dibudidayakan dalam jumlah yang besar.

Jenis neon tetra lain yang terkenal adalah green neon tetra (Paracheirodon simulans) dan Black neon tetra merupakan spesies tersendiri, bahkan jenis ikan yang terakhir berasal dari genus yang berbeda. Ikan Cardinal Tetra atau biasa disebut dengan red neon memiliki kemiripan dengan neon tetra dan seringkali dianggap sebagai neon tetra sejati. Jenis tetra ini berbeda dengan neon tetra sejati dilihat dari garis lateral berwama merah sepanjang tubuhnya.

Sinonim neon tetra atau Paracheirodon innesi adalah Hyphessobrycon innesi. Meskipun neon tetra dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan-perubahan kondisi air, di alam ikan ini mendiami perairan yang sedikit asam (pH agak rendah), kesadahan rendah, dan suhu antara 20 - 26 °C. Ikan neon tetra dapat hidup hingga lima tahun.

Ikan neon tetra sangat mudah dipelihara di akuarium dengan air yang memiliki pH sekitar 5,0 - 7,0 dan kesadahan 1,0 - 2,0. Karena ukurannya yang kecil, sebaiknya ikan ini tidak dipelihara bersama dengan ikan yang berukuran besar atau ikan yang agresif. Ikan ini dapat dipelihara bersama dengan jenis tetra lainnya seperti rummy-nose tetra, cardinal tetra atau jenis ikan lainnya. Neon tetra bersifat omnivora dan menyukai makanan berupa flake food, udang-udang kecil, daphnia, cacing darah beku, tubifex atau pelet berukuran kecil.

Untuk membudidayakan neon tetra, tempatkan sepasang ikan di bak pemijahan yang gelap. Intensitas cahaya kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap hingga pemijahan terjadi. Selama proses perkawinan ini, ikan dapat diberi pakan berupa larva nyamuk. Karena induk ikan sering memakan anak ikan yang baru menetas, maka sebaiknya induk ikan ini dipindahkan setelah mereka memijah. Telur kemudian akan menetas setelah 30 jam.

Penyakit Neon Tetra

Penyakit ini diketahui khusus menyerang ikan neon tetra dan beberapa spesies terkait lainnya. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa ikan lain kebal terhadapnya. Beberapa jenis cichlid seperti manvis, dan cyprinid seperti Rasbora dan Barb, dilaporkan menjadi korban puIa dari penyakit ini.

Gejala

Warna ikan memucat dan disertai dengan hilangnya garis merah. Pada infeksi ringan bisa tidak menunjukkan gejala apa-apa. Sedangkan pada gejala menengah sampai parah, selain warna memucat dan kehilangan warna merah, juga sering disertai dengan timbulnya bercak-bercak putih dibawah kulit. Munculnya bercak putih menunjukkan terjadinya kerusakan pada jaringan otot ikan. Disamping gejala tersebut diatas ikan yang terinfeksi dapat pula menunjukkan gejala malas/lesu, kesulitan berenang, dan kehilangan berat badan (kurus).


Penyebab.

Disebabkan oleh parasit Pleistophora hyphessobryconis. Penyebaran penyakit pada umumnya terjadi melalui spora yang terbawa oleh pakan, atau melalui bagian ikan terinfeksi yang mati dan dimakan oleh ikan yang bersangkutan.

Infeksi dapat pula dipicu oleh kondisi kualitas air yang memburuk atau tidak sesuai dengan kebutuhan neon tetra. Oleh karena itu, sebelum melakukan perlakuan apapun terhadap penyakit ini, pastikan terlebih dahulu bahwa kondisi air akuariumnya sudah ideal untuk kehidupan ikan neon tetra.

Setelah berada dalam usus ikan, parasit akan masuk kedalam jaringan tubuh dan menggandakan diri disana kemudian menyebar. Jaringan yang mengandung parasit akan mati, warnanya menjadi pucat kemudian berubah berwarna putih.

Pencegahan dan Perawatan

Belum ada obat-obatan yang diketahui efektif untuk mengatasi infeksi Pleistophora. Meskipun demikian tidak ada salahnya mencoba obat-obatan yang ditawarkan di toko akuarium yang disiapkan untuk penyakit tersebut, Percobaan pengobatan dengan menggunakan Toltrazunil diketahui cukup menjanjikan. Pencegahan tampaknya merupakan hal yang sangat dianjurkan untuk menghidar dari infeksi penyakit . Untuk itu jagalah supaya kualitas air tetap optimum dan parameternya sesuai bagi kebutuhan hidup neon tetra.

Teknik Budidaya Ikan Hias Neon tetra (Paracheirodon innesi) Teknik Budidaya Ikan Hias Neon tetra (Paracheirodon innesi) PDF Print E-mail Neon tetra merupakan jenis ikan hias yang ukuran tubuhnya kecil, dimana ukuran induknya tidak lebih dari 4 cm. Ikan ini dapat kawin pada saat berumur 6 bulan. Neon tetra merupakan salah satu komoditas ekspor yang banyak diminati oleh negara lain.

 1. Pemilihan Induk Untuk membedakan induk jantan dan betina yang telah siap untuk dipijahkan dapat dilihat dari bentuk tubuhnya. Induk jantan memiliki tubuh ramping, garis warna neon lurus dan gerakannya lebih lincah dibandingkan ikan betina. Sedangkan ikan betina memiliki ukuran tubuh yang lebih pendek, bagian perut gemuk, dan garis warna neon bengkok.

2. Pemijahan

 * Persiapan Pemijahan Wadah yang dipergunakan untuk pemijahan berupa akuarium kecil berukuran 20 x 20 x 20 cm. Akuarium yang telah tersedia, dicuci terlebih dahulu dengan larutan PK untuk menghilangkan hama penyakit. Akuarium sebaiknya ditempatkan pada tempat yang gelap karena neon tetra tidak menyukai situasi terang. Air yang digunakan untuk pemijahan memiliki parameter kualitas air : pH ± 6, O2 terlarut sekitar 6 ppm dan suhu 22 – 24 0C. Di dalam akuarium pemijahan diletakkan tanaman air seperti eceng gondok atau hydrilla sebagai tempat menempel telur.

 * Proses Pemijahan Setelah wadah pemijahan siap, sepasang induk yang telah siap memijah dimasukkan ke dalam akuarium. Apabila kedua induk telah menyatu, semua bagian akuarium ditutup dengan plastik atau kertas hitam agar tidak ada sinar yang masuk. Selama pemijahan berlangsung induk tetap boleh diberi pakan berupa jentik nyamuk. Induk akan mulai memijah pada malam hari dan berlangsung selama 3 - 4 jam. Setelah pemijahan selesai, induk segera diangkat dan ditempatkan di akuarium lainnya.

 * Merawat Telur dan Larva Setelah telur menempel di tanaman air, telur diupayakan tidak terkena sinar sedikitpun karena telur neon tetra sensitif terhadap sinar. Telur yang terkena sinar akan mati dan tidak menetas. Telur akan menetas setelah 24 jam dikeluarkan oleh ikan. Untuk menghindari serangan jamur atau penyakit lainnya, media pemeliharaan larva diberi antibiotik berupa Malachite Green Oxalate (MGO) sebanyak 0,01 mg/lt air atau Methylene Blue (MB) sebanyak 1 tetes untuk 5 liter air. Larva ikan yang baru menetas dibiarkan hingga telur menetas secara keseluruhan. Larva tidak perlu diberi pakan karena masih memiliki cadangan makanan dari kuning telurnya. Setelah berumur 3 hari larva diberi pakan alami berupa rotifera atau nauphli artemia.

 * Merawat Anak Ikan Setelah berumur 7-10 hari, larva dapat dipindahkan ke akuarium yang lebih besar. Ukuran akuarium untuk perawatan larva adalah 100 x 50 x 40 cm.

Apabila jumlah ikan terlalu banyak dapat juga digunakan bak tembok yang terlindung dari air hujan dan sinar matahari. Pakan yang diberikan berupa kutu air atau cacing rambut (tubifex) dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali dalam sehari. Penggantian air pemeliharaan dilakukan setiap 5 – 7 hari sekali dengan cara disipon. Ikan dipelihara selama 25 hari sampai mencapai ukuran 1 cm

Jumat, 19 Oktober 2012

HUJETA GAR

Hujeta Gar (Ctenolucius hujeta), Barracuda Air Tawar dari Amerika Selatan

Hujeta Gar (Ctenolucius Hujeta) atau yang dikenal dengan Barracuda air tawar dan Pike Characin merupakan ikan yang mempunyai tubuh ramping memanjang dan moncong yang panjang. Hujeta Gar yang mempunyai warna tubuh cokelat keemasan atau kebiruan (tergantung pencahayaan) dan sirip transparan ini berasal dari Amerika Selatan dari Columbia, Panama dan Venezuela. Ekor berwarna transparan, bercabang dan mempunyai bintik hitam pada pangkalnya. Hujeta Gar merupakan predator yang mempunyai rahang atas sedikit lebih panjang dibanding rahang bawahnya, dengan makanannya antara lain ikan kecil, udang, remis, cacing, makanan beku (larva nyamuk, cacing darah, tubifex) dan makanan komersil lainnya. Sebagai predator, ikan ini dapar mencapai panjang tubuh 25 cm di aquarium dan 35 cm di alam bebas. Lingkungan hidup yang cocok adalah suhu 24 – 300C dan pH 5,5 – 7,5.


Walaupun predator, Hujeta Gar umumnya tidak terlalu aggresif, dia akan memburu mangsa yang cukup untuk ukuran mulutnya dan perburuan biasanya dilakukan berkelompok. Hujeta Gar merupakan pelompat yang pandai, dan menyukai setup aquarium dengan beberapa tanaman namun masih menyediakan ruang untuk berenang, walaupun ikan ini banyak menghabiskan waktunya di dekat permukaan air. Dalam aquarium, ikan ini membutuhkan sistem filtrasi yang baik untuk mensirkulasi kotoran yang dihasilkan. 


Hujeta Gar hidup secara berkelompok dan dapat dicampur dengan ikan lain yang berukuran lebih besar. Ikan betina dewasa mempunyai tubuh yang sedikit lebih besar dan perut lebih bulat dibanding jantan, selain itu sirip anal jantan berjumpai dan sedangkan betina berbentuk rata. Breeding ikan mungkin dilakukan di aquarium walaupun cenderung sulit. Breeding dilakukan dengan menaruh pasangan tunggal atau kelompok dimana perkawinan dimulai dengan jantan yang akan memburu betina. Proses bertelur terjadi di sekitar permukaan air dan terjadi selama 3 jam. Jumlah telur yang dihasilkan bisa mencapai lebih dari seribu butir dan akan menetas setelah 20 jam. Anakan ikan bisa berenang bebas setelah 60 jam dan dapat diberi makan artemia, rotifers dan kutu air.




TAKSONOMI
Kingdom
Animalia
Phylum
Chordata
Class
Actinopterygii
Order
Characiformes
Family
Ctenoluciidae
genus
Ctenolucius
Species
Ctenolucius hujeta






Rabu, 10 Oktober 2012

(BREEDING KOI) KAWIN SUNTIK

Pertama yang kita lakukan adalah mencermati induk betina yang akan kita pijahkan,apakah sudah siap untuk dikawinkan? Induk betina harus sudah matang gonat dan akan terasa empuk bila kita pegang perutnya . Sedangkan pejantannya harus yang sudah cukup umur min 2 tahun dan yang tidak kalah pentingnya,pejantan harus bagus segala-galanya baik anatomi, patern, warna dll .

Induk betina dan pejantan masing-masing kita timbang dulu untuk mengetahui berat masing-masing guna menentukan dosis Ovaprim obat suntik perangsang untuk kawin 1 kg 0.25 ml 1 kali suntik .

Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali , punggung atau pangkal sirip dada ,suntikan ke II dilakukan setelah selang waktu 6 jam dari penyuntikan pertama . Indukan jantan bisa disuntik 2 kali atau bisa juga 1 kali suntik saja dan waktunya bersamaan dengan penyuntikan induk betina pada kali ke II,dengan demikian 6 jam berikutnya 6 jam setelah penyuntikan ke II ikan diharapkan sudah mulai terangsang untuk kawin . Dengan cara penyuntikan seperti ini,ikan selalu kawin tepat waktu 6 jam setelah penyuntikan ke II sehingga kita bisa atur kapan saja kita mau,asalkan pada waktu proses perkawinan matahari sudah terbenam atau hari sudah gelap . selanjutnya terserah kepada anda,pemijahan dilakukan secara tradisional atau stripping .

Bagaimana dengan stripping ? Jelas lebih aman dan safe,keberhasilan penetasan bisa mencapai angka super maksimal dan lagi kita bisa dengan sesuka hati menentukan sperma pejantan yang hendak kita pakai untuk pembuahan .

Bagaimana Pak Pegleg caranya untuk melakukan stripping ? Bilamana proses perkawinan sudah mulai dan induk betina sudah mulai mengeluarkan sebagian kecil telurnya,induk pejantan yang kita kehendaki untuk diambil spermanya juga sudah melakukan pengejaran dan kawin,maka saat itu pulalah induk betina kita angkat dengan kantong plastik tidak boleh kita angkat pada perutnya untuk menghindari telur keluar karena tekanan,kemudian kita bius minyak cengkeh setelah benar-benar tidur barulah kita lakukan stripping untuk mengeluarkan telurnya .

Demikian juga halnya dengan pejantan yang hendak kita ambil spermanya,setelah kita lakukan pembiusan barulah kita stripping untuk mengeluarkan spermanya dan dicampur dengan NACL 2 larutan infus agar sperma tidak aktif agar memudahkan proses pengadukan telur dengan sperma sehingga bisa merata dan kita mempunyai cukup banyak waktu untuk itu juga untuk penebaran telur ke kolam penetasan.

Rabu, 03 Oktober 2012

IKAN WADER BINTIK DUA

Wader bintik-dua
Wader bintik-dua, Puntius binotatus dari Ciliwung, Bogor
Wader bintik-dua, Puntius binotatus
dari Ciliwung, Bogor
Status konservasi
Aman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Puntius
Spesies: P. binotatus
Nama binomial
Puntius binotatus
(Valenciennes, 1842)
Wader bintik-dua adalah sejenis ikan kecil anggota suku Cyprinidae anak-suku Cyprininae. Ikan ini menyebar di Indonesia bagian barat (Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Lombok), Indocina, dan Filipina. Nama-nama daerahnya di antaranya adalah beunteur (Sd.), wader cakul atau wader pada umumnya (Jw.), puyan (Bjr.), tanah atau sepadak (Bengkulu) dan lain-lain.


Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai spotted barb atau common barb, ikan wader bintik-dua semula dideskripsi oleh Achille Valenciennes pada 1842 dengan nama Barbus binotatus (Barbus, sungut, merujuk pada sungut-sungut pendek di ujung moncongnya; binotatus, bernoktah dua). Sebelumnya, pada 1823 ikan ini sebetulnya telah dinamai oleh van Hasselt sebagai Barbus maculatus (maculatus = berbintik-bintik), namun dianggap tidak sah karena tidak disertai dengan pemerian. Penempatannya dalam marga seringkali berubah-ubah, sehingga dalam literatur ikan ini acap pula disebut dengan nama-nama lain seperti Systomus binotatus, Capoeta binotata, dan Barbodes binotatus.

Ikan berukuran kecil-sedang, panjang total (dengan ekor) umumnya hingga 100mm; jarang lebih besar, namun dapat mencapai 170mm. Bersungut empat di ujung moncongnya, dan dengan gurat sisi yang sempurna (tidak terputus) berjumlah 23-27. Sirip dorsal (punggung) dengan 4 duri dan 8 jari-jari lunak; duri yang terakhir bergerigi di belakangnya. Awal sirip dorsal berjarak 4½ sisik dengan gurat sisi.


Warna dan bentuk tubuh ikan ini amat berubah-ubah. Kebanyakan berwarna abu-abu kehijauan, zaitun, atau keperakan, dengan warna yang lebih gelap di bagian punggung berangsur-angsur memucat dan keputihan di sisi dada dan perut. Dua bintik besar biasa terdapat, yakni di pangkal sirip dorsal dan di tengah batang ekor (peduncle). Di samping itu, pada ikan-ikan yang muda sering pula terdapat 1-3 bintik tambahan di tengah badan yang terletak pada sebuah coret samar memanjang di sisi tubuh di belakang tutup insang, dan satu bintik di awal sirip anal. Bintik-bintik ini umumnya akan memudar dan menghilang pada spesimen-spesimen yang besar.


Di alam, wader bintik-dua ditemukan mulai dari dekat pantai hingga ketinggian sekitar 2.000 m dpl. Ikan ini sering ditemukan bercampur dengan spesies wader lainnya di parit-parit dangkal yang jernih, sungai kecil di pegunungan, sungai berukuran menengah hingga yang besar, saluran yang mengalir lambat, dan bahkan juga situ dan danau. Wader ini cenderung bersifat omnivora, memakan mulai dari plankton, larva serangga, hingga ke serpih-serpih tumbuhan hijau. Kondisi lingkungan alaminya adalah perairan tropika dengan pH antara 6.0–6.5 (agak asam), kesadahan air sekitar 12.0 dGH, dan kisaran suhu antara 24–26 °C (75–79 °F).

Wader bintik-dua memijah di perairan terbuka pada saat menjelang gelap. Setiap kali bertelur, ikan ini menyebarkan antara 200–500 butir telur di antara tumbuh-tumbuhan air. Telur-telur ini akan menetas sekitar 48 jam kemudian, dan selama beberapa hari berikutnya burayak (anak ikan) akan berlindung di sela-sela daun tanaman air. Ikan wader dewasa tidak akan segan-segan untuk memangsa telur ataupun burayak dari jenisnya sendiri.

Wader bintik-dua merupakan ikan konsumsi yang disukai, namun hanya bernilai secara lokal. Di Jawa Barat, beunteur sering dipancing untuk rekreasi. Akan tetapi di luar negeri ikan ini mempunyai nilai komersial yang cukup penting sebagai ikan hias bagi akuarium.

Senin, 01 Oktober 2012

PENYAKIT PADA IKAN ARWANA


Ikan Arwana (Scleropages formosus), adalah ikan yang termasuk satwa langka Indonesia dengan habitat asli di kalimantan dan juga Papua. Arwana, tergolong dalam kelompok ikan primitif yang berevolusi lebih dari 10 juta tahun. Ikan arwana memiliki bentuk tubuh yang khas, berkesan gagah serta sedikit angkuh. Ditambah dengan sungut pada mulutnya serta sisik yang besar dengan susunannya yang harmonis, ini menimbulkan keindahan yang khas dari Ikan Arwana sangat menonjol. Ikan Arwana berenang dengan tenang hingga ketika disimpan dalam akuarium akan membuat arowana benar benar terlihat sebagai ikan yang anggun. Tentu sangat senang dan bangga sekali memiliki dan memelihara Ikan Arwana sebagai hewan peliharaan kita. Namun terkadang kita mesti menghadapi sebuah kendala, salah satu kendala memelihara atau membudidayakan Ikan Arwana adalah Arowana fish yang kita miliki terserang penyakit seperti Redspot, Jamur, Gigit Ekor, Stress dan lainnya yang dapat menimbulkan kematian. Berikut beberapa penyakit pada ikan arwana yang sering ditemui beserta gejala dan penanggulangannya.

 1. Penyakit Arwana Tutup Insang Melengkung Terkadang kita melihat tutup insang Ikan Arwana melengkung keluar, sampai sebagian insangnya terlihat. Ikan Arwana dalam kondisi seperti ini tentu enak sedap dipandang. Ikan Arwana dapat mati karena penyakit insang dengan ciri-ciri insang Ikan Arwana berubah menjadi hitam. Penyebab penyakit tutup insang melengkung bisa di sebabkan oleh beberapa hal, yang pertama di karenakan kualitas air dalam akuarium yang tidak memenuhi standar Ikan Arwana utamanya pada suhu akuarium. Suhu akuarium yang terlalu dingin dan tidak hangat dapat menyebabkan Ikan Arwana terkena penyakit ini. Penyebab lain adalah pemberian obat obatan yang terlalu banyak, serangan sejenis bakteri atau bisa juga karena air di dalam akuarium memiliki kandungan oksigen yang rendah. Hal ini mempunyai penjelasan karena bila kandungan oksigen dalam air rendah maka akan membuat Ikan Arwana lebih sering membuka dan menutup insangnya. Gerakan buka tutup inang ini sering tidak sempurna, artinya sebelum tutup insang benar benar menutup sudah dibuka kembali guna menghirup air untuk memenuhi tuntutan oksigen. Akibat gerakan yang tidak sempurna ini tutup insang Ikan Arwana tetap terbuka dan tubuhnya tidak normal. Guna menjaga supaya kandungan oksigen dalam air tetap tinggi bisa diatasi dengan memberikan cukup aerasi pada akuarium. Jika perlu aerator diganti dengan tenaga yang lebih besar. Setelah itu jangan lupa menjaga keseluruhan kualitas air akuarium agar tetap baik dan tetap layak dihuni oleh arwana. Untuk mengobati Ikan Arwana yang terserang penyakit tutup insang melengkung, bisa diatasi dengan menjepit Ikan Arwana yang sakit diantara dua penjepit kaca didalam ember dan memberi oksigen murni langsung kearah insangnya. Bila tutup insang yang melengkung ini belum terlalu parah maka dapat diperbaiki dengan jalan melakukan operasi kecil pada tepi tutup insangnya.

 2. Penyakit Gigit Ekor Umumnya Ikan Arwana akan menunjukan perilaku yang lain dari pada biasanya sebelum menggigit ekornya sendiri. Ikan Arwana akan terlihat gelisah dengan berenang hilir mudik kesana kemari. Dalam hari kemudian sirip ekor akan robek robek selaputnya hingga mirip sisir dan yang tersisa hanyalah jari-jari siripnya. Gejala ini awalnya hanya kecil lalu akan bertambah panjang dan tidak jarang sebagian dari jari sirip itu akan hilang. Penyakit gigit ekor umumnya disebabkan oleh sejenis parasit yang menempel pada ekor Ikan Arwana dan menimbulkan rasa gatal yang luar biasa. Ikan Arwana berusaha mengatasinya dengan cara berenang hilir mudik dan menggigiti ekornya sampai tampak compang camping. Pengobatan penyakit gigit ekor tergolong mudah. Pindahkan dahulu Ikan Arwana ke dalam akuarium lain yang bersih (steril) dan sudah diisi dengan air yang memenuhi syarat. Masukan sekitar 20 tetes obat Tropical Fish Medicine dan biarkan Ikan Arwana tetap di dalamnya selama beberapa hari. Kuras dan bersihkan akuarium yang asal supaya setelah di kembalikan nanti Ikan Arwana dapat menempati kembali tanpa khawatir di jangkiti kembali.

 3. Penyakit Mata Juling Penyakit mata juling disebabkan beberapa hal. Ikan Arwana yang terlalu sering berburu ikan kecil di dasar atau pojokan akuarium dianggap sebagai salah satu penyebab utama. Banyak yang bilang supaya kita memberi Ikan Arwana dengan makanan yang hanya mengapung saja di permukaan air. Ikan Arwana yang terlalu sering melihat ikan kecil di bawah atau di pojokan dapat menyebabkan otot matanya bertambah panjang. Mata yang melorot atau juling juga dapat disebabkan karena arwana kurang memperoleh sinar matahari yang cukup. Ini terkait dengan khasiat sinar matahari terhadap pertumbuhan mata manusia. Guna mengobati mata juling dapat dilakukan dengan memindahkan arwana pada tempat yang lebih luas serta memperoleh sinar matahari langsung sambil diberi makanan yang terapung. Tempat yang dipilih dapat berupa bak dari bahan fiberglass atau bak semen. Dengan cara tersebut biasanya 80% arwana akan sembuh, cara lainnya adalah dengan melakukan operasi kecil.  

4. Ikan Arwana Tidak Mau Makan Ikan arwana yang tidak mau makan biasanya terlalu sering diberi kelabang hidup. Ikan Arwana enggan memakan makanan lain termasuk kelabang yang telah mati. Bila Ikan Arwana mogok makan seperti ini maka puasakan Ikan Arwana selama kurang lebih satu minggu jangan diberi makan apapun. Setelah itu berilah makanan jenis lain seperti jangkrik, kadal, kodok kecil, atau ikan kecil. Jika sesudah satu minggu Ikan Arwana belum juga mau makan sebaiknya berikan saja ikan hidup sebab ikan hidup tahan hidup. Perhatikan juga supaya Ikan Arwana tidak juling sebaiknya dipilih ikan penghuni permukaan seperti guppy. Jika cara ini masih belum berhasil maka kita biarkan saja hingga arwana mau menerima makanan dengan sendirinya. Alternatif pengobatan lain adalah dengan memberikan sebutir obat Hobbi Fishes ke dalam 200 liter air yang sering dipakai untuk Ikan Arwana bersemayam. Obat berbentuk kapsul ini berkhasiat guna menyembuhkan stres dan berbagai penyakit serta untuk merangsang nafsu makan Ikan Arwana. Pilihan lain jika semua tidak berhasil, berikan kelabang satu minggu sekali berselang seling dengan jenis makanan lain.  

5. Penyakit Pada Arwana Sisik Berdiri Terkadang Ikan Arwana yang kita miliki sisik berdiri dan terkadang terdapat sebagian yang membusuk, biasanya disebabkan karena oleh lingkungan yang kotor. Mengganti air akuarium secara rutin bisa menghindarkan Ikan Arwana dari penyakit sisik berdiri ini. Untuk Ikan Arwana yang sedang terkena penyakit ini bisa diberikan amonium sulfat dengan dosis 100 - 200 mg/1kg berat Ikan Arwana sebagai obatnya.

 6. Dubur Ikan merah dan Bengkak Jika kita melihat dubur Ikan Arwana berwarna merah dan bengkak jangan sampai mengira bahwa mereka sedang birahi. Itu tandanya Ikan Arwana sedang kesulitan yang bisa berujung pada kematian. Dubur Ikan Arwana memerah dan bengkak disebabkan oleh pemberian makanan yang tidak bersih. Ini menyebabkan pencernaan ikan terganggu hingga Ikan Arwana kesulitan mengeluarkan kotorannya. Agar Ikan Arwana tidak mengalami hal seperti ini maka makanan mesti dibersihkan sebelum diberikan pada arwana. Apapun jenis makanan hidup yang biasa diberikan sebaiknya dipuasakan dahulu selama 1-2 hari. Ikan Arwana yang telah mengalami dubur merah dan bengkak dapat diobati dengan amonium sulfat dengan dosis 100 - 200 mg/1kg berat Ikan Arwana sebagai obatnya.  

7. Ekor Ikan Arwana Patah Penyakit ini disebabkan karena ukuran akuarium yang terlalu sempit. D samping itu dapat juga disebabkan oleh penanganan yang kurang baik. Misalnya pada waktu dipindahkan arwana berontak atau saat pertama kali dimasukan ke dalam akuarium mereka berenang kencang dan menubruk. Karena penyebabnya lebih disebabkan faktor teknis maka penanganannya harus hati-hati.  

8. Tulang Punggung Bengkok Penyakit ini dapat terjadi karena beberapa hal. Pertama karena adanya serangan bakteri yang masuk kedalam tubuh Ikan Arwana hingga mengakibatkan pertumbuhan punggung tidak normal. Sebab lain adalah karena kesalahan dalam memberikan obat. Penyebab terakhir adalah karena ukuran akuarium yang terlalu kecil. Guna mencegah hal ini maka tempatkan Ikan Arwana ke dalam akuarium yang ukurannya cukup. Jaga kebersihan akuarium agar Ikan Arwana tidak dijangkiti bakteri dan jangan memberikan obat yang salah.

 9. Sungut Menjorok Ke Bawah Ikan Arowana yang sehat mempunyai tampilan sungut ke depan. Tapi sering juga Ikan Arwana yang sungutnya lunglai menjorok ke bawah. Ini adalah tanda bahwa Ikan Arwana berada pada lingkungan yang tidak semestinya. Agar mengembalikan kondisi Ikan Arwana seperti semula sebaiknya suhu dan kebersihan air akuarium lebih diperhatikan.  

10. Sungut tumbuh pendek Sungut Ikan Arwana kadang tidak tumbuh sempurna dan terlihat janggal dengan bentuk badannya yang besar. Ikan Arwana bersungut tidak seimbang dapat terjadi karena di letakan dalam akuarium yang terlalu sempit. Hampir sama dengan penyebab punggung bengkok, Ikan Arwana bersungut pendek bisa juga disebabkan oleh kesalahan pemberian obat. Agar memperoleh pertumbuhan sungut yang normal dapat dilakukan dengan membersihkan akuarium secara rutin dan mengganti airnya. Jangan lupa, tempatkan arwana dalam akuarium yang sepadan dengan besar badan.  

11. Ekor dan Sirip Mengerut Ikan arwana yang memiliki ekor dan sirip yang mengerut dapat terjadi jika air di dalam akuarium terlampau kotor atau suhu air yang terlalu rendah. Penanganan dengan kembali mengatur panas dengan menambah heater dan membersihkan akuarium. Dapat juga diberi obat amonium sulfat secukupnya.  

12. Mata Berkabut Mata berkabut atau "Cloudy Eye" ditandai dengan memutihnya selaput mata Ikan Arwana. Permukaan luar mata seperti dilapisi oleh lapisan tipis berwarna putih. Secara umum gejala ini di karenakan oleh kondisi kualitas air yang memburuk, utamanya sebagai akibat meningkatnya kadar amonia dalam air. Jika gejala mata berkabut terjadi, maka hal yang mesti dicurigai terlebih dahulu adalah kondisi air. Koreksi parameter air sampai sesuai dengan keperluan Ikan Arwana yang bersangkutan. Jika gejala ini terjadi sedangkan parameter air dalam keadaan normal, maka bisa jadi gejala ini disebabkan oleh hal lain. Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya mata berkabut adalah: 1. Infeksi sekunder, menyusul terjadinya kerusakan fisik pada mata. 2. Produksi lendir berlebihan, biasanya sebagai akibat reaksi terhadap infestasi protozoa parasit (penyakit selaput lendir kulit); kualitas air yang memburuk (amonia, nitrit, dan nitrat); nilai pH yang tidak sesuai; keracunan (klor/kloramin); atau akibat pemberian perilaku pengobatan yang tidak sesuai. 3. Diplostomum (fluke pada mata). Dalam kasus ini bagian mata yang memutih adalah lensanya, bukan permukaan luar mata. 4. Infeksti bakteri eksternal. 5. Kekurangan vitamin, khususnya vitamin A, B, dan C. Gejala mata berkabut bisa juga disertai dengan Exophtahlmia (Pop Eye/Mata menonjol), malaise, atau iritasi. Perawatan dan pemulihan mata berkabut hendaknya mengacu pada penyebab yang menimbulkannya. Oleh karena itu, carilah dan coba indentifikasi dengan seksama kemungkinan penyebabnya sebelum melakukan tindakan pemulihan. Inti dari semua penyakit pada Ikan Arwana adalah buruknya kualitas air, kualitas akuarium dan kandang. jagalah kualitas air agar sesuai dengan yang dibutuhkan oleh Ikan Arwana mulai dari suhu, aerator, kandungan oksigen dan filtrasi. Sedangkan untuk akuarium tempatkan Ikan Arwana dalam akuarium yang memiliki panjang minimal 3x panjang tubuh Ikan Arwana dan lebar minimal 2x panjang tubuh Ikan Arwana, lebih besar tentu lebih baik. Sedangkan untuk makanan bisa di berikan makanan hidup yang beragam.

Facebook Fans Page

Exit Jangan Lupa Like Ya